Download musikalisasi puisi angin pun berbisik

















Labels: buku , sastra. No comments:. Newer Post Older Post Home. Saya bersyukur sempat meluangkan waktu untuk menikmati indahnya kata, symbol, bunyi dan asosiasi, yang seolah berloncatan secara dinamik dalam dunia nilai yang tak kasat mata. Angin pun Berbisik. Inspirasi untuk para ayah. Diposting oleh Irwan Dwikustanto di Label: Video. Oleh: Mohamad Sobari Puisi ditulis tidak terutama untuk dipahami, melainkan untuk dinikmati.


Ada bahkan puisi yang tak memperlihatkan komposisi, misalnya puisi satu baris kalimat, karya penyair Toba, Sitor Situmorang, berjudul "Malam Lebaran" Bulan di atas kuburan Ada pula puisi yang bisa dinikmati dari segi komposisinya yang tak terlalu "lazim", yang merupakan hasil "perjuangan" mencari kebaruan-kebaruan, yang kemudian diikuti banyak penyair lain, seperti dapat dicontohkan pada karya-karya Sutardji Chalzoun Bachri.


Tapi saya hanya bisa menampilkan sebagian yang saya tangkap dengan cepat, Ini yang berhubungan dengan kata -kata dan simbol di baliknya; Kudengar entah suara siapa Melengking melantunkan doa "Angin Pun Berbisik" 4 Kudengar angin pun berbisik Hampa mendera di antara kita: Sepi, dan Cinta dan rinduku padamu Hanya dewa yang menyimpannya "Cintaku Padamu".


Namun dalam syair doaku-doaku Namamu,masih mewarnai guratannya "Angin Pun Berbisik" 5 Sajak-sajak ini memberi kenikmatan kita, dan kita diberi kebebasan untuk memaknainya secara subyektif, sesuai dengan batas pengalaman dan penghayatan kita atas hidup, ketakutan, rasa cemas dan doa, yang mungkin membebaskan kita dari rasa takut dan kecematasan itu. Selebihnya saya pun merasakan indahnya ungkapan kata-kata di bait-bait terakhir sajak Irwan, dengan judul "Cemburu" 2, berikut; Sedang rembulan di tanangmu belum jua membelah Malam untuk dibaringkan Pada bantal yang selalu basah Karena air mata tak cukup mengucap cinta Saya merasakan ungkapan-ungkapan Irwan yang belum pernah saya baca sajaknya sebelum ini, begitu kuat.


Ia tak punya pilihan Cinta menjadikannya luruh pada nasibnya; di mana perempuan selalu menerimanya; sebagai mimpi yang harus dirajutnya Saya merasakan ungkapan ini seperti sebuah pidato yang membosankan. Siti,Atmamiah, dalam puisi "Gubah" mengingatkan kita pada lagu tahun an "Blue blue my love is blue", ketika ia berdendang: Dan langit berubah menjadi puisi Hidupku Untuk kau gubah kembali Dengan biru cintamu Dalam puisi "Ibu", Siti berkata; Ibu, Kupinjam surgamu Melebar legam tubuhmu Ia menyampaikan pada kita makna simbolik Ibu sebagai pemilik, atau pembawa?


Aku adalah waktu yang rindu Berbaring dan mengenang Lembar demi lembar Cerita lama Ketika malam tiba-tiba Menjadi pagi Tetapi di dalam "Ketika Putri Kecilku Melihat Bulan" kita disuguhi asosiasi yang begitu alamiah melalui cara pandang kanak-kanak; "Mama, aku melihat bola Di atas sana Putih warnanya Seperti bola mainanku" Dan Siti pun menjelaskan makna asosiasi yang lain, hening itu identik dengan sujud, atau sebaliknya: sujud adalah momen keheningan.


Tidak akan pernah habis, ceritamu Setiap hari berlari denganku Nada indah dan suara merdu Untuk alam dan teman-temanku Dalam puisi "Pasar" Zeffa memberi kita sebuah metafora' Pasar Banyak orang bertukar barang Sedikit orang bertukar senyum Seorang anak ingin membeli senyum Tapi tak ada yang menjual senyum Sedihnya.. Di sini, sekali lagi, saya menikmati kaitan antara permainan kata, simbol dan bunyi, dan asosiasi antara makna suatu kata dengan suatu jenis bunyi, Saya dan buku puisi ini berdialog dan saling melengkapi.


Label: Berita. Rabu, Mei 18, Makna Senja. Luka seorang lelaki adalah senja Yang temaramnya menjerit lirih Bersama sejumlah puisi lain, puisi itu dikumpulkan dalam buku Angin pun Berbisik.


Antologi puisi itu diluncurkan sekaligus didiskusikan di Gedung Kesenian Jakarta pada Rabu lalu. Dalam puisi-puisi di buku ini, pria berumur 42 tahun ini mencoba memaknai apa yang dialaminya dengan caranya sendiri, antara lain senja.


Irwan menggambarkan senja dalam bentuk bunyi atau suara, yang merupakan salah satu sarana bagi tunanetra untuk berinteraksi. Hal yang sama ditemui pada puisi-puisinya yang lain. Salah satunya adalah Rinduku padamu. Rinduku padamu: Semerbak mawar Tak terurai walau merah kelopaknya menggema Tak terserap walau wanginya menebar Tetapi, juga puisi-puisi kerinduan istrinya, Siti Atmamiah 41 tahun dan kepolosan anak perempuannya, Zeffa Yurihana 11 tahun.


Setelah membaca dan mengamati seluruh puisi dalam buku ini, Profesor Melani Budianta yang mengajar Multikulturalisme, Cultural Studies, dan Teori Sastra di Universitas Indonesia, menuturkan kekuatan cinta terhadap keluarga menjadi inspirasi ketiga anggota keluarga ini untuk mengguratkannya ke dalam puisi.


Mereka tidak memandang surga atau neraka. Yang ada dalam hari mereka hanyalah cinta. Menurut Melani, kalau sudah bicara cinta, tingkat estetika dari puisi begitu dalam dan indah. Harus diakui, cinta dalam keluarga ini begitu suci, sehingga puisi demi puisi yang dibuat oleh Irwan, istrinya, dan anak perempuan mereka, memiliki keterikatan cinta yang kuat. Hal itu tercermin dari buku Angin pun Berbisik yang seluruhnya berintikan kerinduan dan kegelisahan seorang Irwan.


Bungabunga bungur tak pernah berhenti menunggu buah dalam cahya mentari. Hembus angin adalah napas. Sebab hidup bukanlah sewaktu mati Dan mati sewaktu hidup Bbaru, Hanya Kepada Laut Kemana lagi kami akan dapat berkatakata Hanya kepada laut yang dapat mengarungkan jiwa yang kesumat membawa sejarah yang telah kehilangan aksaranya membawa peradaban yang kehilangan maknanya Kami tak dapat lagi berkatakata Sebab kemerdekaan negeri telah kehilangan ruhnya Hanya kepada laut Yang dapat memahami apa yang terkandung dalam katakata kami Kau dengar setiap debur gulungan ombak Kau akan tahu dimana kami letakan jiwa yang tak pernah diam Bbaru, Cermin Akhir Tahun hanya itu yang mampu terucapkan, semuanya luluh di matamu bulan yang tinggal seiris diamdiam bergegas ke rerumpun ilalang menumpahkan anggurdukanya.


Langganan: Posting Komentar Atom. Hubungi Saya:. Diberdayakan oleh Blogger. Karya: Putu Wijaya Seorang juragan perkutut yang sudah sangat tua, ingin memberi hadiah kepada burungnya. Ia mendekati sangkar pelihara Video Baca Puisi. Sajak Bunga Gugur W. S Rendra Download file 2.


Pamflet Cinta W. S Rendra download file 3. Kupanggil Namamu W.



Comments

Popular posts from this blog

Sample 10 mb pdf file download

Ultra copy free download full version